Showing posts with label Tips Rohani. Show all posts
Showing posts with label Tips Rohani. Show all posts

Friday, June 19, 2009

Antara Shalat dan Maksiat

"Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." (QS.29:45)

Berdasarkan zahir ayat ini, setiap orang yang shalat tidak akan melakukan perbuatan keji dan mungkar. Tapi, hal ini bertentangan dengan realita di lapangan. Banyak orang shalat tapi mencuri, korupsi, bohongnya tetap jalan. Bahkan, ada orang yang shalat tapi ia tetap melakukan dosa besar.

Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa beberapa sahabat menanyakan kepada Rasulullah saw perihal seseorang yang suka berbuat maksiat, tapi shalat tidak pernah dia tinggalkan. Rasulullah saw menjawab "Suatu saat nanti shalatnya akan mencegahnya dari maksiat itu." Tidak lama kemudian terdengar kabar bahwa orang itu telah tobat.

Jika kita tinjau dari sisi bahasa mencegah atau melarang adalah semacam perintah untuk meninggalkan sesuatu. Larangan sebagaimana perintah bukan berarti membelenggu dan merantai sehingga orang tidak bisa bergerak. Tapi dia tak lebih dari ajakan yang meminta seseorang untuk meninggalkan sesuatu. Merupakan tabiat sebuah ajakan bahwa terealisasi atau tidaknya larangan tersebut kembali kepada orang yang dilarang. Seperti ketika Allah melarang manusia berbuat dosa. Tapi tetap saja ada manusia yang melakukannya.

Diantara keajaiban shalat, ia menghadirkan perasaan menyesal dan bersalah pada orang yang melakukan maksiat. Berbeda dengan ibadah lainnya yang bisa diolah setan untuk dijadikan pembenaran terhadap sebuah kesalahan. Seperti ibadah zakat. Seorang koruptor dan perampok –dengan bisikan setan- merasa bahwa dengan mengeluarkan zakat korupsi dan perampokannya akan diampuni. Atau setan membisikkan bahwa tindakan korupsinya adalah sebuah tindakan yang benar karena menjadi jalan kebaikan bagi orang miskin yang menerima zakat. Sehingga dia semakin semangat untuk melakukan aksinya itu. Sementara ketika shalat, bisikan-bisikan pembenaran terhadap maksiat biasanya tidak muncul. Yang muncul dan menghantui justru perasaan bersalah dan menyesal. Sehingga orang yang melakukan maksiat sebelum shalat biasanya untuk berdoa tidak percaya diri.

Bagi seorang yang menjaga shalat sekaligus pecandu maksiat penyesalan dan perasaan bersalah akan terus menghantui selama dia menjaga shalatnya. Minimal lima kali sehari perasaan itu mengetuk dan membuat nuraninya memberontak.

Agar terhindar dari perasaan itu dia terdesak pada dua pilihan, menunaikan shalat dan meninggalkan maksiat atau tetap bermaksiat tapi meninggalkan shalat. Salah satu dari dua pilihan itu mesti dia ambil. Jika tidak, perasaan itu akan terus muncul minimal lima kali sehari, yaitu ketika dia shalat.

Orang yang mengambil pilihan pertama, menjaga shalat dan meninggalkan maksiat, pada awalnya barangkali akan merasa berat ketika godaan-godaan maksiat itu datang. Namun ketika shalat dia akan aman dan khusu' bebas dari penyesalan dan perasaan bersalah. Sehingga,dia pun percaya diri ketika menengadahkan tangan berdoa kepada-Nya. Sementara yang mengambil pilihan kedua, tetap bermaksiat dan meninggalkan shalat akan semakin larut dalam maksiatnya. Perasaan bersalah dan menyesal yang selama ini muncul lima kali sehari sudah tidak ada lagi. Semakin lama dia akan semakin larut dan terkubur dalam jurang maksiat. Pilihan itu mesti dia ambil karena shalat dan maksiat selamanya tidak akan bisa disatukan. Wallahua'lam
sumber: Eramuslim (oleh Koprinurzen)

Sunday, May 24, 2009

Menikmati Hidup, Bukan Mengejar Kenikmatan


Kebahagiaan itu laksana seekor kupu-kupu, ujar seorang bijak. Kejarlah maka ia akan lari darimu. Duduklah dengan tenang maka ia akan hinggap di pundakmu. Inilah analogi yang sederhana namun begitu indah mengenai kebahagiaan. Duduk dengan tenang adalah gambaran terbaik menikmati hidup. Bukankah keindahan itu terbentang luas di dalam diri kita? Bukankah sumber kebahagiaan terletak dalam relung-relung hati kita yang terdalam?

Allah menciptakan segalanya untuk kita nikmati, tetapi sayangnya hal itu sering luput dari pengamatan kita. Ini disebabkan keyakinan bahwa sumber kebahagiaan itu ada di luar sana, sehingga kita mengejarnya seperti mengejar kupu-kupu. Kita menyangka bahwa harta yang banyak akan membuat kita bahagia. Kita memburu kenikmatan dari pemilikan benda-benda, jabatan, seks, serta kenikmatan indrawi. Namun ironisnya semakin banyak kita mendapatkannya, semakin berkuranglah kepuasan kita dan semakin besarlah keinginan kita untuk mendapatkan lebih dan lebih lagi. Batas kepuasan kita adalah langit, yang berarti bahwa kita tidak pernah menikmati kepuasan dan kenikmatan hidup.

Lantas bagaimana cara menikmati hidup yang indah? Saya akan berbagi dua tips yang mudah untuk Anda terapkan. Pertama, Anda dapat memulainya dengan duduk diam dan tenang, lalu mulai melihat, dan memperhatikan. Bukalah mata dan telinga Anda seluas-luasnya, dan perhatikan segala sesuatu di sekitar Anda. Tanyakan pada diri Anda sendiri, apa yang saat ini sudah Anda miliki? Teruskan pengamatan Anda dan Anda akan menemukan begitu banyak hal yang selama ini tak pernah Anda lihat dan pikirkan. Kita sering menganggap segala sesuatu itu ada begitu saja [taken for granted]. Padahal bahkan tak ada satu helaan nafas pun yang bisa terjadi begitu saja tanpa campur tangan Allah. Nah, kalau Anda terus menghitung-hitung nikmat itu, Anda akan menemukan bahwa selalu saja ada hal yang luput dari pengamatan Anda. Bahkan kalau air samudera kita jadikan sebagai tintanya kita tak akan pernah dapat menuliskan nikmat-nikmat tersebut secara lengkap.

Friday Readers yang budiman, kita seringkali ‘kikir’ dalam bersyukur. Kita hanya mensyukuri
hal-hal yang kita anggap besar, kejadian istimewa, dan hal-hal yang luar biasa. Padahal ada banyak sekali ‘hal-hal kecil’ yang disediakan Tuhan yang sebetulnya sangat luar biasa. Bukankah jantung kita tak pernah berhenti berdenyut sekejappun? Bukankah setiap detik kita menikmati helaan nafas yang dalam dan indah? Bukankah mata kita dapat menyaksikan jutaan bentuk yang luar biasa indah? Bukankah telinga kita dapat membedakan berbagai jenis suara yang berbeda?

Kelemahan kita adalah karena kita sering meng-under value apa yang kita miliki. Coba saja dari skala 1 [sangat buruk] sampai 5 [sangat baik], berapakah nilai yang Anda berikan untuk pekerjaan, atasan, rekan kerja, pasangan dan anak-anak Anda? Katakanlah Anda memberikan nilai 3 yang artinya cukup. Namun tahukah Anda bahwa nilai yang Anda berikan tadi sesungguhnya bukanlah nilai yang sebenarnya?

Nilai mereka yang sesungguhnya pastilah lebih dari itu dan baru akan terasa ketika kita kehilangan mereka. Ketika kehilangan sesuatu, mata kita baru akan terbuka lebar dan memahami betapa pentingnya hal tersebut bagi kita.

Karena itu inilah tips kedua yang juga bisa Anda terapkan: Bayangkan segala sesuatunya tidak ada. Bayangkan bahwa orangtua, pasangan, anak, atasan, rekan kerja, dan semua kenikmatan yang Anda miliki sekarang ini tidak ada lagi. Resapilah skenario ini seakanakan hal ini benar-benar nyata. Karena bukankah suatu ketika kita memang benar-benar akan kehilangan segalanya? Menghayati skenario ini pasti membuat Anda tersentuh dan menangis dalam kebahagiaan dan keharuan yang luar biasa. Allah Maha Besar. Dia begitu menyayangi kita dengan memberikan segala sesuatunya untuk kita nikmati. « []

Oleh Arvan Pradiansyah
Penulis Best Seller Buku The 7 Laws of Happiness, & Host Talkshow “Smart Happiness” di Smart FM Network - www.ilm.co.id

Sumber: Alif Magazine

Tuesday, March 3, 2009

Tips Harian

Tidakkah Anda melihat dalam riwayat tersebut bahwa istighfar dapat menyelesaikan banyak masalah? Karenanya, jika Anda merasa hidup sulit.. banyak masalah dan rezeki sempit… tidakkah kita mencoba resep Nabi Saw? Sebuah amalan yang amat mudah dan gampang untuk dikerjakan. Tiada lain amalan tersebut adalah istighfar (memohon ampunan) kepada Allah Swt. Beliau Saw bersabda, “Siapa yang membiasakan beristighfar (memohon ampun kepada Allah), maka Allah akan memudahkan baginya: 1) Jalan keluar dari setiap kesempitan, 2) Kemudahan dalam setiap kepanikan, 3) Rezeki dari Allah Swt lewat jalan yang tidak pernah 3) Rezeki dari Allah Swt lewat jalan yang tidak pernah terduga.”(HR. Abu Daud)

Monday, March 2, 2009

Belajar dari 5 Bola

Saudaraku, sebagaimana kita ketahui bahwa hidup merupakan suatu permainan ketangkasan dimana kita harus memainkan keseimbangan 5 buah bola yang dilempar ke udara.

Boal-bola tersebut bernama:
1. Pekerjaan
2. Keluarga
3. Kesehatan
4. Teman
5. Spirit

Kita harus menjaga agar ke-5 bola ini seimbang di udara.
Kita akan segera mengerti bahwa ternyata "Pekerjaan" hanyalah sebuah bola karet. Jika kita menjatuhkannya maka ia akan dapat memantul kembali.
Tetapi empat bola lainnya yaitu Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit, terbuat dari gelas. Dan jika kita menjatuhkan salah satunya maka ia akan dapat terluka, tertandai, tergores, rusak atau bahkan hancur berkeping-keping.
Dan ingatlah, mereka tidak akan pernah kembali seperti aslinya.
Kita harus memahami benar dan berusaha keras untuk menyeimbangkannya.

Bagaimana caranya?

  1. Jangan rusak nilai kita dengan membandingkannya dengan nilai orang lain. Perbedaan yang ada diciptakan untuk membuat masing-masing diri kita spesial.
  2. Jangan menganggap remeh sesuatu yang dekat di hati kita, melekatlah padanya seakan-akan ia adalah bagian yang membuat kita hidup, dimana tanpanya, hidup menjadi kurang berarti.
  3. Jangan biarkan hidup kita terpuruk di masa lampau atau dalam mimpi masa depan. Satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu hidupmu.
  4. Jangan menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan. Tidak ada yang benar-benar kalah sampai kita berhenti berusaha.
  5. Janganlah takut mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna. Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh untuk mengikat kita satu sama lain.
  6. Jangan takut menghadapi resiko. Anggaplah resiko sebagai kesempatan kita untuk belajar bagaimana menjadi berani.
  7. Jangan lupa bahwa kebutuhan emosi terbesar dari seseorang adalah kebutuhan untuk merasa dihargai
  8. Jangan takut untuk belajar sesuatu. Ilmu pengetahuan adalah harta karun yang selalu dapat kita bawa kemana pun tanpa membebani.
Dan akhirnya??
MASA LALU adalah SEJARAH
MASA DEPAN MISTERI
Dan SAAT INI adalah KARUNIA DAN PERJUANGAN YANG HARUS SUNGGUH-SUNGGUH
KITA LAKUKAN JANGAN SAMPAI HILANG KESEMPATAN YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA KITA.
(WAKULI'MARU FASAYARALLAH..... 9:105)

Saturday, February 28, 2009

Renungan Hari ini

"Setiap orang pernah membuat kesalahan.
Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya"
(Pepatah Jepang)

Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah penuh
hikmah dari sebatang pensil. dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya.
Maka, beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil.
Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.

"Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang
sehingga memudahkan mereka menulis. gagal berfungsi sebagai alat tulis.
Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal."

"Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan
mengalami proses penajaman. Memang meyakitkan, tapi itulah yang akan
membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal".

"Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang
penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam
dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia".

"Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan
bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan
manusia yang menggunakanmu" .

"Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan
itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya.
Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil
yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi
hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai
tujuanmu dibuat".

Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya,
dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang
membutuhkannya.
------------ --------- --------- --------- --------- --------- --------- ---

Pembaca, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai TUJUAN dan
MISI kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa
sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini.
Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk
digenapi dan diselesaikan.

Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di
dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai
tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi
semakin bermakna.

Hilang arah
Tidak mengherankan jika Victor Frankl yang memopulerkan Logoterapi,
yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan "tujuan
hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak mengakhiri
hidupnya". Itulah sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa
salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri adalah kehilangan
arah ataupun tujuan hidup. Maka, dari filosofi pensil di atas kita
belajar mengenai lima hal penting dalam kehidupan.

Pertama, hidup harus punya tujuan yang pasti.
Apapun kerja, profesi atau pun peran yang kita mainkan di dunia ini,
kita harus berdayaguna.
Jika tidak, maka sia-sialah tujuan diri kita diciptakan.
Celakanya, kita lahir tanpa sebuah instruksi ataupun buku manual
yang menjelaskan untuk apakah kita hadir di dunia ini. Pencarian
akan tujuan dan panggilan kita, menjadi tema penting selama kita
hidup di dunia.

Yang jelas, kehidupan kita dimaknakan untuk menjadi berguna dan
bermanfaat serta positif bagi orang-orang di sekitar kita, minimal
untuk orang-orang terdekat. Jika tidak demikian, maka kita useless.
Tidak ada gunanya. Sama seperti sebatang pensil yang tidak bisa
dipakai menulis, maka ia tidaklah berguna sama sekali.

Kedua, akan terjadi proses penajaman sehingga kita bisa berguna
optimal, oleh karena itulah, sering terjadi kesulitan, hambatan
ataupun tantangan. Semuanya berguna dan bermanfaat sehingga kita
selalu belajar darinya untuk menjadi lebih baik. Ingat kembali soal
Lee Iacocca, salah satu eksekutif yang justru menjadi besar dan
terkenal, setelah dia didepak keluar dari mobil Ford. Pengalaman itu
justru menjadi pemacu semangat baginya untuk berhasil di Chrysler.

Ingat pula, Donald Trump yang sempat diguncang masalah finansial dan
nyaris bangkrut. Namun, kebangkrutannya itulah yang justru menjadi
pelajaran dan motivasi baginya untuk sukses lebih langgeng. Kadang
penajaman itu 'sakit'. Namun, itulah yang justru akan memberikan
kesempatan kita mengeluarkan yang terbaik.

Ketiga, bagian internal diri kitalah yang akan berperan. Saya sering
menyaksikan banyak artis, ataupun bintang film yang terkenal, justru
yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling
tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, filosofi serta semangat
merekalah yang membuat mereka menjadi luar biasa. Demikian pula pada
diri kita. Pada akhirnya, apa yang ada di dalam diri kita seperti
karakter, kemampuan, bakat, motivasi, semangat, pola pikir itulah
yang akan lebih berdampak daripada tampilan luar diri kita.

Keempat, pensil pun mengajarkan agar bisa berfungsi sempurna kita
harus belajar bekerja sama dengan orang lain. Bayangkanlah seorang
aktor atau aktris yang tidak mau diatur sutradaranya. Bayangkan
seorang anak buah yang tidak mau diatur atasannya. Ataupun seorang
service provider yang tidak mau diatur oleh pelanggannya. Mereka
semua tidak akan berfungsi sempurna. Agar berhasil, kadang kita
harus belajar dari pensil untuk 'tunduk' dan membiarkan diri kita
berubah menjadi alat yang sempurna dengan belajar dan mendengar dari
ahlinya. Itulah sebabnya, kemampuan untuk belajar bekerja sama
dengan orang lain, mendengarkan orang lain, belajar dari 'guru' yang
lebih tahu adalah sesuatu yang membuat kita menjadi lebih baik.

Terakhir, pensil pun mengajarkan kita meninggalkan warisan yang
berharga melalui karya-karya yang kita tinggalkan. Tugas kita bukan
kembali dalam kondisi utuh dan sempurna, melainkan menjadikan diri
kita berarti dan berharga untuk diri sendiri dan orang lain.
Itulah filosofi 'memberi dan melayani'
yang diajarkan oleh Tuhan kita.

Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun
hasil berharga yang mampu kita tinggalkan.

Semoga bisa menambah makna hidup kita semua.
(from Anomin --Alumni UMS)

Thursday, February 26, 2009

Tips Rohani Harian

Allah sesuai persangkaan hamba-Nya

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda, "Allah Taala berfirman, Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari."

Kitab Sahih Muslim no. 4832

Tips Rohani Harian

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahiim
Salah satu sifat yang dimiliki para nabi, dan yang seharusnya juga kita miliki, adalah santun. Santun berarti baik baik budi bahasa dan tingkah laku, sopan, suka menaruh belas kasihan, suka menolong (membantu memperhatikan kepentingan, atau meringankan kesusahan orang lain). Orang yang santun, penyantun, selalu berlapang dada, sabar, tenang, tidak marah apabila mendapat perlakuan buruk/jahat dari orang lain. Penyantun selalu berupaya menghubungkan tali silaturahim kepada orang yang memutuskannya, memberi kepada orang yang tidak mau menolong, dan memaafkan orang yang berbuat zalim kepadanya.

Wednesday, February 25, 2009

Tips Rohani Harian

Barokalloohu fiikum: Berita Gembira: Sedekah kepada keluarga adalah lebih utama dan pertama, selagi ikhlas ditujukan agar mereka tidak jatuh kepada meminta-minta. Aisyah r.a. berkata:”Seorang wanita miskin datang kepadaku. Dia membawa 2 anak wanita, lalu aku memberinya 3 butir kurma. Dia(wanita itu) berikan kepada setiap anaknya 1 butir kurma dan 1 butir untuknya. Ketika ia hendak makan kurma itu, 2 anaknya meminta, maka kurma itu dibelah dan diberikan kepada mereka. Aku kagum terhadap apa yg diperbuatnya, lalu aku ceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau Bersabda:”Karena perbuatan tersebut, Allah telah mewajibkan kepadanya untuk masuk surga atau Allah telah membebaskannya dari api neraka”, h.r. Muslim